This my writing, sad happy n lonely
Fragen Sie uns in der Oft haben wir leugnen, was wir fühlen, während dieser Wir werden nicht bis zu, wenn wir leiden müssen, während das, wonach wir in das Gefühl, dass dieser Schub Kitalah Mann, der nie ihre Standpunkte Bis wann können wir, solange wir denken, dass dies Gefühl der Präsenz in den Schatten nicht vollendet wird, aber auch manchmal die Situation, die wir nicht überleben Wir versuchen, jede Beleidigung halten, schlucken und schlucken, dass wir tun können, aber wenn wir brauchen, um zu überleben? Dürfte nur eine Verteidigung? Salahkah Leben, dass wir laufen? Dosakah uns alle von uns fühlen? Darimanakah denken, dass dies tatsächlich gekommen? Denke, das kommt langsam, bis wir können nicht einmal beginnen bei Aber dieses Gefühl darimanakah kommen? DariNyakah all dies kommt? Was sollten wir verloren, weil der ein Gefühl Inzwischen kommt diese Resonanz nur in unserem tikam Sollten wir noch weiter zu, während die Menschen kritisieren? Bis wann, bis wann? Wenn wir das Leben von der Front? Oder müssen wir uns immer in der Kreuzung? Fragen Sie und fragen Sie terucap Schäumenden Mund, es scheint, wir Aber es gibt kein Ohr, um uns Wir haben wirklich noch nie gesehen Aufgrund unserer Mensch-Mensch Sünder in den Augen Adilkah sehen sie uns Der Nennung ist keine Gerechtigkeit für uns Wir gehen nur auf, was wir haben Messe in ihren Augen nur für Sie uns in der Hölle Wir sind auch nur Menschen-Mensch-Sünder in den Augen DariMukah all dies kommt? Dann, warum nicht auch sie verstehen wollen? So wollen wir sofort über in den Papierkorb-Dump Wenn nicht alle diese kommen von Ihnen Dann fühlen wir uns all dies? |
Thank you for contributing your translation suggestion to Google Translate. |
PUJIAN TULUS TAK TERDUGA
Wanita mana, sih, yang tidak senang dipuji? Bukan pujian seribu satu kata gombal, lho, tapi pujian kecil yang tak terduga. Kalau itu diucapkan di saat yang tepat, istri pasti akan tersenyum senang. Sampaikan pujian itu dengan kesungguhan, tatap matanya, bila perlu bisikkan di telinganya. Hindari pemberian pujian yang terdengar sangat basa-basi. Misalnya, Anda memujinya sambil terus konsentrasi di depan komputer. Itu hanya akan membuat pasangan Anda kesal.
TUBUH BERAROMA SEGAR
Badan yang segar karena selalu mandi, kuku yang terpotong rapi dan jambang yang selalu tercukur bersih, serta aroma fresh dari tubuh Anda, dijamin membuat pasangan Anda merasa nyaman. Walaupun di rumah Anda merasa lebih santai mengenakan sarung dan bertelanjang dada, tapi percayalah, pemandangan seperti itu tidak akan disukai pasangan. Sebaiknya kenakan celana pendek dan kaus yang pantas. Syukur-syukur bisa memperlihatkan kekencangan tubuh Anda berkat rajin berlatih di gym.
PANGGILAN SAYANG
Masih ingat apa panggilan sayang yang Anda berikan padanya saat masih pacaran? Cobalah untuk mengulanginya sekarang. Mungkin tidak Anda sadari, tapi kadang panggilan mama-papa terdengar sangat "tua" dan menjemukan. Kalau ternyata Anda belum mempunyai panggilan sayang untuknya, tak ada salahnya ciptakan mulai sekarang. Wanita akan merasa istimewa saat menyadari bahwa hanya Anda di dunia ini yang memanggilnya dengan sebutanitu. Sekaligus mengingatkan dia bahwa posisi Anda berbeda dengan orang lain.
SIKAP ROMANTIS
Anda tentu tahu pria Prancis lebih mudah menaklukkan hati wanita mana pun di dunia ini. Kemudahan itu mereka dapat karena sikap mereka yang tahu bagaimana memperlakukan wanita dengan romantis.
Tak perlu menaruh sekeranjang gladiol yang mahal tiap hari di rumah, tapi cobalah beri dia setangkai mawar kecil saat Anda menjemputnya pulang kerja. Wanita akan merasa tersanjung dengan kejadian romantis semacam ini. Di akhir pekan, cobalah siapkan sarapan untuknya dan bawa ke kamar tidur. Bangunkan dia dengan sebuah kecupan lembut di dahinya, kemudian sodorkan segelas jus segar bikinan Anda. Apa yang Anda lakukan ini akan dirasa romantis olehnya.
SENTUHAN MESRA
Sepulang bekerja, wajar saja kalau Anda dan pasangan merasa sangat lelah. Tapi sebagai bukti cinta, Anda bisa melakukan sesuatu yang menyenangkan untuknya. Setelah selesai mandi dan bersiap untuk tidur, ambil minyak zaitun atau body lotion yang harum, oleskan di tengkuknya dan pijat dengan perlahan. Biarkan pasangan Anda menikmati tiap sensasi yang tercipta dari sentuhan Anda. Sentuhan erotik di tempat tidur, itu memang dibutuhkan. Tapi tak hanya itu, wanita juga mendambakan belaian sayang. Hanya rasa sayang dan bukan nafsu. Belailah rambutnya saat duduk di dekat Anda, atau pegang tangannya saat dia menuruni tangga. Hal-hal seperti itu sangat disukai wanita.
BERJUANG UNTUKNYA
"Berjuanglah" untuk melakukan sesuatu yang menyenangkannya. Tidak harus mengalahkan ibu tiri seperti dalam dongeng Cinderella, tapi cukup sebuah tindakan kecil yang membuatnya mengerti bahwa Anda mengorbankan banyak hal untuk menyenangkannya. Misalnya, pasangan tahu kalau hari ini deadline pekerjaan Anda. Tiba-tiba, saat jam makan siang, Anda muncul di kantornya dan membawakan sebungkus mi ayam kesukaannya. Dia tahu persis, untuk membelinya Anda harus menembus kemacetan, sekaligus mengantarkannya ke kantor. Setelah itu Anda harus segera kembali ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaan.
TIDAK TERBURU-BURU
To the point. Itu adalah kebiasaan pria yang oleh sebagian wanita ditangkap sebagai sikap terburu-buru. Cobalah sesekali ikuti iramanya. Begitupun ketika bercinta, wanita sangat menikmati pasangan yang mau mengerti dirinya. Ciumilah dengan perlahan tanpa ada satu bagian pun yang terlewatkan. Tanyakan padanya apa yang ingin Anda lakukan untuknya. Sesudah bercinta pun Anda jangan buru-buru mengakhirinya dengan tidur. Peluk dia, belai rambutnya, bisikkan bagaimana Anda sangat mencintainya. Pasti pasangan Anda ingin selalu mengulangi lagi kebersamaan seperti ini bersama Anda.
Sumber www.kompas.com
Uga, gadis manis di kampung ini, sedang melangsungkan pernikahan dengan seorang pemuda yang amat dicintainya. Budi, nama pria itu. Berwajah ganteng dan bertampang keren. Tapi, bukan keserasian pasangan itu yang memancing antusiasme para warga. Budi adalah seorang punker tulen..
“Warga mau tau, gimana perkawinan seorang punker sejati dengan cewek yang keluarganya teguh memegangi tradisi,” tutur Uga yang keturunan bangsawanan Bugis ini.
Benar. Ketika iringan pengantin datang, warga betul-betul dibuat kagum. Budi tidak menanggalkan atribut dan identitasnya sebagai punker. Piercing dan tindik tetap menghiasi bagian tubuhnya. Tak lupa sepatu bot yang khas membungkus kedua kakinya.
Uniknya, Budi rela membalut tubuhnya dengan pakaian pengantin ala adat kerajaan Bugis. Jas tutup, sarung bugis dan songkok tutup kepala khas Bugis. Ia pun membawa berbagai erang-erang, barang bawaan pengantin laki-laki berisi pakaian perempuan dan cincin kawin yang diletakkan di ujung paruh burung yang terbuat dari kain sarung. Mengiringi sang penganting, beberapa orang tua berpakaian adat. Tapi yang lebih mengundang senyum para warga adalah kehadiran puluhan para punker beratribut lengkap yang ikut mengiringi sang calon pengantin.
“Saya harus bisa negosiasi dengan aturan adat yang penting, tapi bukan berarti identitas itu kita lepas,” ujar Budi menimpali penuturan sang istri.
Apa yang dituturkan Budi bukan sekedar ungkapan retoris. Bagi Budi, perlu pejuangan panjang untuk memperoleh restu calon mertuanya yang teguh memegangi tradisi Bugis. Bahkan katanya perkawinan bisa kandas bila ia tidak pandai-pandai mengambil hati si calon mertua. Maklum, ayah Uga sempat meminta Budi meninggalkan dunia punk yang digelutinya.
“Boleh Pak. Saya akan keluar dari punk tapi saya tidak menjamin bisa memberi makan anak bapak,” ujar Budi setengah menggertak. Setelah berdialog panjang, rupanya orang tua Uga pun mulai mengalah dan menerima Budi apa adanya. “Asal dalam proses perkawinan pengantin laki-laki harus mengikuti beberapa prosesi adat,” ujar Uga menirukan ucapan ayahnya. Akhirnya antara kedua belah pihak pun tercapai kata sepakat.
Keteguhan punker yang tetap berada di luar jalur mainstream ini menarik disimak. Bagi punker macam Budi ini, praktek alienasi bukan hanya oleh kapitalisme industrial, tapi juga belenggu adat. Namun perlawanan itu tidak bisa dilakukan secara frontal. “Kondisi di Jakarta berbeda dengan Makasar-Bugis, adat di sini masih kental. Norma-norma yang membelenggu harus dilawan tapi dengan cara negosiasi,” tandas Killy, seorang punker yang baru dua minggu mudik dari Jakarta ini.
Punk dan tradisi lokal
Strategi perlawanan punker Makasar-Bugis nampak berbeda dengan pemberontakan punk yang selama ini diangkat dalam berbagai tulisan. Pemikir Cultural Studies semacam Hebdige, Hall dan Jeferson lebih banyak mengangkat perlawanan komunitas punk terhadap kelompok kelas menengah-atas. Punk hadir dalam kontradiksinya dengan gaya dan kebiasaan kelas menengah. Rambut klimis tersisir rapi dilawan dengan model mohawk. Tubuh bersih dengan pakaian rapi dilawan dengan tubuh penuh tatto, pearcing, tindik dan pakaian acak-acakan. Musik jaz dan musik klasik dikontraskan dengan musik punk yang hinggar-bingar dengan lirik-lirik sinis. Dengan demikian ada garis batas tegas yang membelah antar kelompok-kelompok sosial ini.
Kondisi berbeda rupanya dihadapi komunitas punk Makasar-Bugis. Mereka tidak sekedar bergumul dengan kapitalisme dan komodifikasi, tapi juga tradisi lokal dimana mereka hidup di dalamnya. Kondisi-kondisi inilah nampaknya yang membuat mereka membangun strategi yang lebih negosiatif dan adaptif ketimbang perlawanan totalnya.
Hal ini terlihat, misalnya, dalam lirik lagu-lagu para punker. Menurut penuturan Malik, seorang punker yang masih tercatat sebagai mahasiswa UIN Alauddin ini, para punker kerap menggunakan lagu-kagu Bugis dalam pertunjukan atau album-album mereka. Namun tentu saja, katanya, lagu-lagu itu berlirik perlawanan dengan diiringi warna musik yang hinggar-bingar.
Mungkin karena kemampuan mereka menempatkan diri ini yang membuat Spart-Toys di Sungguminasa bisa eksis dan bertempat di belakang Balla Lompoa. Bahkan tempat mereka biasa mangkal menjadi bagian dari rumah adat Gowa itu. []
Kehadiran Bissu sebagai Pelengkap Batara Guru
Gambaran pergeseran struktur nilai dalam kebudayaan Bugis selayaknya bisa kita sematkan pada salah satu realitas budaya bugis yang mulai terpinggirkan Bissu. Peran Bissu di awal pembentukan masyarakat Bugis sangatlah kuat. Keberadaan Bissu dalam sejarah manusia Bugis dianggap sejaman dengan kelahiran suku Bugis itu sendiri. Ketika Batara Guru turun ke bumi dari Kerajaan langi (Botting Langit) dan bertemu dengan permaisurinya We Nyili Timo yang berasal dari kerajaan Bawah Air (Buri Liu), bersamaan dengan itu turun pula seorang Bissu pertama bernama Lae-lae sebagai penyempurna kehadiran leluhur orang Bugis tersebut. Menurut tutur lisan Hajji Baco’, seorang Bissu , Batara Guru yang ditugasi oleh Dewata mengatur bumi rupanya tidak punya kemampuan management yang handal, karenanya diperlukan bissu dari botinglangik untuk mengatur segala sesuatu mengenai kehidupan. Ketika Bissu ini turun ke bumi, maka terciptalah pranata-pranata masyarakat Bugis melalui daya kreasi mereka, menciptakan bahasa, budaya, adat istiadat dan semua hal yang diperlukan untuk menjalankan kehidupan di bumi
Bissu adalah pendeta agama Bugis kuno pra-Islam.
Bissu dianggap menampung dua elemen gender manusia, lelaki dan perempuan ( hermaphroditic beings who embody female and male elements), juga mampu mengalami dua alam; alam makhluk dan alam roh (Spirit). Ketua para bissu adalah seorang yang bergelar Puang Matowa atau Puang Towa. Secara biologis, sekarang, bissu kebanyakan diperankan oleh laki-laki yang memiliki sifat-sifat perempuan (wadam) walau ada juga yang asli perempuan, yang biasanya dari kalangan bangsawan tinggi, walau tidak mudah membedakan mana bissu yang laki-laki dan mana bissu yang perempuan. Dalam kesehariannya, bissu berpenampilan layaknya perempuan dengan pakaian dan tata rias feminim, namun juga tetap membawa atribut maskulin, dengan membawa badik misalnya. Dalam pengertian bahasa, bissu berasal dari kata bugis; bessi, yang bermakna bersih. Mereka disebut Bissu karena tidak berdarah, suci (tidak kotor), dan tidak haid. Ada juga yang menyatakan bahwa kata Bissu berasal dari kata Bhiksu atau Pendeta Buddha, sebagaimana diungkapkan oleh C Pelras dalam Manusia Bugis, hal 68, sebagai salah satu bentuk pengaruh bahasa Sansekerta dalam bahasa Bugis. Tentang agama Buddha sendiri, beberapa sanak-saudara saya yang tinggal di Sengkang mengaku masih menganut agama Buddha ini, yang dikatakan sebagai agama mula-mula orang Bugis. Mereka masih melakukan ritual keagamaan tersendiri, walau saya belum melakukan perbandingan dengan ritual agama Buddha yang dilakukan oleh umumnya masyarakat Buddha di Indonesia. Juga ada bukti sejarah yang memperkuat fenomena ini, misalnya penemuan Arca Buddha bercorak Amarawati di Sempaga di pantai Sulawesi Selatan yang berasal dari abad II Masehi. Ditengarai bahwa para pendeta Buddha, Biksu ini ‘menumpang’ kapal-kapal dagang India menuju perairan Nusantara.
Bissu Juga Punya Kesaktian
Dari surek La Galigo sendiri sebagai referensi utama sejarah purba suku Bugis, membuktikan bahwa justru kehadiran Bissu dianggap sebagai pengiring lestarinya tradisi keilahian/religiusitas nenek moyang. Di masa lalu berdasarkan sastra klasik Bugis epos La Galigo, sejak zaman Sawerigading, peran Bissu sangat sentral, bahkan dikatakan sebagai mahluk suci yang memberi stimulus ‘perahu cinta’ bagi Sawerigading dalam upayanya mencari pasangan jiwanya; We Cudai. Di tengah kegundahan Sawerigading yang walau sakti mandraguna tapi tak mampu menebang satu pohon pun untuk membuat kapal raksasa Wellerrengge, Bissu We Sawwammegga tampil dengan kekuatan sucinya yang diperoleh karena ambivalensinya; lelaki sekaligus perempuan, manusia sekaligus Dewa (Sharyn Graham, 2002).
Kisah kesaktian Bissu ini dapat juga kita temukan dalam kisah Arung Palakka ketika pada tahun 1667 melakukan penyerbuan bersama tentara Soppeng terhadap Lamatti, sebuah distrik di Bone Selatan, sebanyak seratus Bissu Lamatti tampil dengan senjata walida (pemukul tenun) sambil mendendangkan memmang (nyanyian). Anehnya, tak satupun senjata prajurit Bone dan Soppeng yang mampu melukai para bissu sakti tersebut (LY Andaya, 2006, hal 106).
Dalam ritual yang masih bisa ditemui sampai sekarang, tradisi maggiri’ merupakan salah satu pameran kesaktian Bissu. Tradisi menusuk diri dengan badik ini dimaksudkan untuk menguji apakah roh leluhur/dewata yang sakti sudah merasuk ke dalam diri bissu dalam sebuah upacara, sehingga apabila sang Bissu kebal dari tusukan badik itu, ia dan roh yang merasukinya dipercaya dapat memberikan berkat kepada yang meminta nya. Namun, apabila badik tersebut menembus dan melukai sang Bissu, maka yang merasukinya adalah roh lemah atau bahkan tidak ada roh leluhur sama sekali yang menghinggapi (Sharyn Graham).
Sering kali kita mendengar sebuah ungkapan yang mengatakan "biar waktu yang akan menyembuhkan semua luka", namun apakah yang sebenarnya terjadi ? Waktu memang akan berlalu, bahkan kadang waktu terasa berlalu begitu cepat, akan tetapi pada kenyataannya waktu tidak bisa menyembuhkan. Proses penyembuhan pada hakekatnya berjalan secara aktif dan bukan secara pasif.
Sebagai contohnya saat kita terluka namun kita tidak melakukan apapun untuk mengobati luka tersebut, misalnya dengan membersihkan lukanya kemudian memberinya obat dan merawatnya, bisa jadi luka yang kita derita tersebut akan menjadi semakin parah, bahkan bisa membusuk. Jika sudah demikian, waktu yang diperlukan untuk menyembuhkannya akan semakin lama dan kemungkinan terjadinya infeksi akan cukup besar. Namun pada akhirnya luka tersebut akan menutup, dengan meninggalkan bekasnya.
Saat hati kita terluka, atau kita terluka di bagian jiwa atau pikiran, rasanya seolah-olah seperti tercabik-cabik, sangat menyakitkan. Rasanya lebih mendalam dan menyakitkan daripada saat kita terluka secara fisik. Luka tersebut mungkin akan tertutup, tetapi siapa yang tahu apa yang tersimpan di dalamnya ? Apakah kita benar-benar sembuh, atau kita hanya memendam amarah, rasa takut, kebencian dan keraguan dalam diri kita untuk sementara ?
Pada hakekatnya, penyembuhan dan pengobatan adalah dua konsep yang berbeda. Penyembuhan lebih bersifat sebagai pemikiran spiritual, sedangkan pengobatan lebih mengacu kedalam hal-hal yang bersifat medis. Penyembuhan merupakan sesuatu proses yang aktif, tidak terjadi secara begitu saja dalam diri kita. Kita harus berperan aktif dalam proses penyembuhan dalam diri kita tersebut. Penyembuhan merupakan hadiah yang kita berikan untuk diri kita sendiri pada saat kita telah memutuskan untuk tetap terbuka terhadap segala sesuatu yang telah dan dapat menghancurkan kita.
Dalam metode manajemen rasa sakit yang sering dipraktekkan untuk para pasien yang menderita sakit yang cukup kronis / parah, para pasien tersebut diajarkan untuk tidak melawan rasa sakit itu, melainkan untuk lebih bersikap santai / rileks dan membiarkan rasa sakit itu hadir sebagai proses yang alami. Dasar pemikiran dari metode ini adalah jika rasa sakit tersebut tetap dilawan, rasa sakit itu akan terasa semakin kuat. Jika saja kita mau untuk tenang, mengambil nafas yang dalam secara teratur untuk merilekskan tubuh kita dan menerima kehadirannya, maka rasa sakit itu akan menemukan tempatnya sendiri dan bergerak bebas, dan pada akhirnya akan berangsur-angsur menghilang dengan sendirinya secara lebih cepat.
Rasa sakit itu muncul dengan tujuan untuk memberitahu kita mengenai sesuatu yang tidak beres dalam diri kita. Mungkin untuk mengingatkan kita tentang munculnya kemungkinan bahaya. Terkadang salah satu sahabat kami mengungkapkan bahwa rasa sakit itu sebenarnya bermaksud baik, setidaknya mengingatkan kita bahwa kita masih hidup dan harus terus berjuang. Mungkin itu benar adanya.
Demikian pula dengan rasa sakit yang kita alami secara emosional, spiritual, mental dan fisik. Saat rasa sakit itu ingin berbicara pada kita, kita patut mendengarkannya. Yang kita perlu kita lakukan sebenarnya hanyalah memperhatikan rasa sakit itu, sehingga saat rasa sakit itu datang, kita telah siap terhadap segala kemungkinannya, kita bisa selalu ingat untuk mengambil nafas yang dalam dan tetap bersikap lembut dan santai. Kita tidak ingin memerangi rasa sakit itu, namun kita justru ingin belajar tentang sesuatu darinya.
Waktu memang tidak akan pernah menyembuhkan, tetapi penyembuhan memerlukan waktu. Berilah diri anda sendiri hadiah waktu, untuk menjadi utuh berarti. Jika kita bisa membuka diri untuk rasa sakit, kita pastinya juga bisa membuka diri kita sendiri untuk rasa kehilangan. Kita menguak hati kita untuk bisa lebih terbuka lebar, dan sebagai akibatnya, kita akan memiliki hati yang lebih besar untuk menerima lebih banyak segala kemungkinan indah yang ditawarkan oleh kehidupan ini.
Kita bisa memasukkan kembali apa yang telah hilang jika kita telah dapat menutup hati dan pikiran yang terluka. Namun kita hanya akan memasukkan apa yang akan hilang kembali jika kita tidak mau mengambil waktu untuk proses penyembuhan itu. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu penyanyi dan penggubah lagu terkenal, Carly Simon, "Ada lebih banyak ruang dalam hati yang retak".