Jumat, 13 Maret 2009

Waktu tidak dapat menyembuhkan, tapi penyembuhan memerlukan waktu


Sering kali kita mendengar sebuah ungkapan yang mengatakan "biar waktu yang akan menyembuhkan semua luka", namun apakah yang sebenarnya terjadi ? Waktu memang akan berlalu, bahkan kadang waktu terasa berlalu begitu cepat, akan tetapi pada kenyataannya waktu tidak bisa menyembuhkan. Proses penyembuhan pada hakekatnya berjalan secara aktif dan bukan secara pasif.

Sebagai contohnya saat kita terluka namun kita tidak melakukan apapun untuk mengobati luka tersebut, misalnya dengan membersihkan lukanya kemudian memberinya obat dan merawatnya, bisa jadi luka yang kita derita tersebut akan menjadi semakin parah, bahkan bisa membusuk. Jika sudah demikian, waktu yang diperlukan untuk menyembuhkannya akan semakin lama dan kemungkinan terjadinya infeksi akan cukup besar. Namun pada akhirnya luka tersebut akan menutup, dengan meninggalkan bekasnya.

Saat hati kita terluka, atau kita terluka di bagian jiwa atau pikiran, rasanya seolah-olah seperti tercabik-cabik, sangat menyakitkan. Rasanya lebih mendalam dan menyakitkan daripada saat kita terluka secara fisik. Luka tersebut mungkin akan tertutup, tetapi siapa yang tahu apa yang tersimpan di dalamnya ? Apakah kita benar-benar sembuh, atau kita hanya memendam amarah, rasa takut, kebencian dan keraguan dalam diri kita untuk sementara ?

Pada hakekatnya, penyembuhan dan pengobatan adalah dua konsep yang berbeda. Penyembuhan lebih bersifat sebagai pemikiran spiritual, sedangkan pengobatan lebih mengacu kedalam hal-hal yang bersifat medis. Penyembuhan merupakan sesuatu proses yang aktif, tidak terjadi secara begitu saja dalam diri kita. Kita harus berperan aktif dalam proses penyembuhan dalam diri kita tersebut. Penyembuhan merupakan hadiah yang kita berikan untuk diri kita sendiri pada saat kita telah memutuskan untuk tetap terbuka terhadap segala sesuatu yang telah dan dapat menghancurkan kita.

Dalam metode manajemen rasa sakit yang sering dipraktekkan untuk para pasien yang menderita sakit yang cukup kronis / parah, para pasien tersebut diajarkan untuk tidak melawan rasa sakit itu, melainkan untuk lebih bersikap santai / rileks dan membiarkan rasa sakit itu hadir sebagai proses yang alami. Dasar pemikiran dari metode ini adalah jika rasa sakit tersebut tetap dilawan, rasa sakit itu akan terasa semakin kuat. Jika saja kita mau untuk tenang, mengambil nafas yang dalam secara teratur untuk merilekskan tubuh kita dan menerima kehadirannya, maka rasa sakit itu akan menemukan tempatnya sendiri dan bergerak bebas, dan pada akhirnya akan berangsur-angsur menghilang dengan sendirinya secara lebih cepat.

Rasa sakit itu muncul dengan tujuan untuk memberitahu kita mengenai sesuatu yang tidak beres dalam diri kita. Mungkin untuk mengingatkan kita tentang munculnya kemungkinan bahaya. Terkadang salah satu sahabat kami mengungkapkan bahwa rasa sakit itu sebenarnya bermaksud baik, setidaknya mengingatkan kita bahwa kita masih hidup dan harus terus berjuang. Mungkin itu benar adanya.

Demikian pula dengan rasa sakit yang kita alami secara emosional, spiritual, mental dan fisik. Saat rasa sakit itu ingin berbicara pada kita, kita patut mendengarkannya. Yang kita perlu kita lakukan sebenarnya hanyalah memperhatikan rasa sakit itu, sehingga saat rasa sakit itu datang, kita telah siap terhadap segala kemungkinannya, kita bisa selalu ingat untuk mengambil nafas yang dalam dan tetap bersikap lembut dan santai. Kita tidak ingin memerangi rasa sakit itu, namun kita justru ingin belajar tentang sesuatu darinya.

Waktu memang tidak akan pernah menyembuhkan, tetapi penyembuhan memerlukan waktu. Berilah diri anda sendiri hadiah waktu, untuk menjadi utuh berarti. Jika kita bisa membuka diri untuk rasa sakit, kita pastinya juga bisa membuka diri kita sendiri untuk rasa kehilangan. Kita menguak hati kita untuk bisa lebih terbuka lebar, dan sebagai akibatnya, kita akan memiliki hati yang lebih besar untuk menerima lebih banyak segala kemungkinan indah yang ditawarkan oleh kehidupan ini.

Kita bisa memasukkan kembali apa yang telah hilang jika kita telah dapat menutup hati dan pikiran yang terluka. Namun kita hanya akan memasukkan apa yang akan hilang kembali jika kita tidak mau mengambil waktu untuk proses penyembuhan itu. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu penyanyi dan penggubah lagu terkenal, Carly Simon, "Ada lebih banyak ruang dalam hati yang retak".

0 komentar:

Posting Komentar

 

MY STORY85 @TRI85. Design By: SkinCorner